Eksklusif Bareng Kak Zeqi, Sang Petarung Lomba
Namanya Mohammad Zeqi Yasin, dari
jurusan Ekonomi Pembangunan Unair angkatan 2013. Ia merupakan alumni Bidikmisi
tahun 2017 dengan predikat wisudawan berprestasi FEB. Ia bisa dibilang sukses, kerena
lulus dengan IPK hampir sempurna, 3, 99 (tiga koma sembilan-sembilan). Tentu
ini menjadi catatan penting bagi prestasi Bidikmisi kita. Tutur pria yang
sering berkacamata itu, ia gagal mendapatkan A di mata kuliah Pancasila (dapat
AB).
Dan di kesempatan ini, kita akan
menyajikan wawancara eksklusif dengan sang petarung lomba yang cerdas ini. Simak
perbincangannya berikut ini.
Mas Zeqi, dari sumber yang kami dapatkan. Katanya anda gemar ikut lomba
semasa kuliah. Seberapa banyak sih lomba yang pernah mas ikuti ?
Kurang lebih 52 kompetisi. Menang
sekitar 20-an lebih. Kirakira 40 persen menelan kekalahan. Tapi “lost is a part
of succes”.
Dari sekian banyak ini, apakah anda pernah ikut lomba ke luar negeri juga
?
Kalau ke luar negeri belum pernah.
Yah, males sih sebenarnya. Karena saya rasa buang-buang uang. Okelah,
pengalaman pasti dapat, tapi outputnya nggak worth it.
Kalau disuruh menyebutkan 3 saja. Prestasi lomba apa saja yang menurut
anda berkesan, dan itu merupakan capaian terbesar bagi anda ?
Pertama, best presenter di International
Conference of Islamic Economics and Finance 2017 UMY. Saat itu saya merasa
nothing to loose. Apalagi saya bertemu dengan dosen-dosen dan akademisi-akademisi
yang saat penentuan best paper dan presenter dianggap sama, tidak
dibeda-bedakan.
Kedua, saat
juara 2 Olimpiade Ekonomi Islam GSENT di Universitas Gunadarma. Memang ini
bukan prestasi terbesar saya, tapi ini cukup berkesan bagi saya. Karena
lombanya tidak melulu soal mengerjakan banyak pertanyaan, tapi kita di challenge
untuk membuat ide tentang isu-isu ekonomi Islam. Dan saat itu tentang Keuangan
Inklusif.
Ketiga,
ketika menjadi juara 3 International Development Student Confereence 2016 Unair.
Bagi saya, bertanding di kandang sendiri bukanlah hal yang mudah. Saya harus
menyelamatkan muka saya di hadapan publik sendiri. Dan saya harus bersaing
dengan mereka yang dari dalam negeri dan luar negeri.
Dengan sekian lomba itu, tentu ada latar belakang yang
membuat anda begitu giat mengikuti kompetisi. Dan saya rasa anda sangat optimis
sekali dan tidak takut kalah. Apa yang menjadi dorongan anda selama ini ?
Jadi aku sering
ikut lomba itu karena aku merasa harus belajar terus. Nah, caranya ialah lewat
ikut lomba. Karena aku ini tipenya, orang yang jarang belajar atau membaca
berita terkini kalau tidak melalui cara-cara, seperti ikut lomba dan bikin
paper.
Di samping
itu, saya juga sebenarnya butuh uang tambahan. Ya, karena nggak punya uang,
jadi agar punya uang, ya otaknya yang harus muter berfikir. Mostly, tugas
kuliah juga nggak jauh berbeda dengan bikin paper. Jadi sekalian aja, nugas,
sekaligus nulis buat lomba.
Lagi pula kalau
ikut lomba, bisa nambah temen juga. Bisa tahu kalau kampus kita itu kampus
besar lho. Yah walaupun nggak sebesar UI, UGM, ITB, tapi trust me, you will
know the universe through the competition.
Hebat deh. Kalau boleh tau sekarang kerja, study
lanjut atau buat usaha sendiri Mas ?
Kerja di
Kemenko Perekonomian, sebagai analis inflasi. Jadi melihat perkembangan harga
komoditas beras, cabe, bawang dan lain-lain.
Apakah tidak berencana S-2 ?
Tinggal
nunggu saja. Alhamdulilah sudah dapat tiket LPDP ke Seoul National University.
Jurusan Ekonomi.
Cita-citanya pengen jadi apa sih Mas ?
Pengen jadi
dosen. Tapi nggak mau langsung habis lulus jadi dosen. Tapi ingin ke
Kementerian dulu, biar tahu sektor riil itu seperti apa.
Pengen jadi dosen Unair ya Mas ?
Tidak harus
Unair sih. Tapi ya kalau di Unair bisa lebih di permudah. Why not.
Oke, closing statement. Pesen terakhir dalam wawancara
ini buat adik-adiknya Bidikmisi, biar bisa di ikuti jejak positifnya.
Ala bisa
karena biasa. Terbiasa juga karena di paksa. Paksakan diri kalian untuk move
dari zona nyaman. Cause achievment wont be fully satisfied if you merely have a
little effort.
Terima kasih banyak atas waktunya.
Post a Comment