Putri Pengayuh Becak Berhasil Raih Doktor di ITS dengan IPK 4
Berasal dari latar belakang ekonomi keluarga yang
sederhana, tak lantas menyurutkan semangat Lailatul Qomariyah untuk
menuntut ilmu lebih tinggi. Meski kondisi yang ada mengharuskan gadis
berusia 27 tahun asal Pamekasan, Madura ini berjuang mencari uang
sendiri agar bisa melanjutkan kuliah dan menghidupinya hingga berhasil
meraih gelar doktor dari Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) dan akan diwisuda pada Minggu (15/9) mendatang.
Di sela-sela studinya, gadis yang biasa disapa Laila ini juga mencari
tambahan penghasilan melalui profesi guru les privat. Meskipun ia telah
memperoleh beasiswa untuk membantu biaya kuliahnya. Berhubung alat
transportasi yang dimiliki Laila hanya berupa sepeda ontel, ia pun hanya
mengajar murid tingkat SMP dan SMA di sekitar wilayah kampus ITS.
Anak sulung dari pasangan Saningrat (43) dan Rusmiati (40) ini
mengaku bahwa dirinya ingin mengubah nasib keluarganya. Meski pendapatan
Saningrat sebagai pengayuh becak dan Rusmiati sebagai buruh tani yang
tergolong di bawah rata-rata, tidak cukup untuk membiayai sekolah Laila.
Nyatanya, alumnus S-1 Teknik Kimia ITS ini tetap sanggup menyelesaikan
studi doktoral (S-3) tanpa bergantung kepada kedua orang tuanya.
Laila merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi yang masuk ITS
melalui jalur prestasi. Selanjutnya ia meneruskan pendidikannya dengan
beasiswa dari program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana
Unggul (PMDSU). Yakni beasiswa program percepatan pendidikan yang
diberikan kepada lulusan sarjana yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi
seorang Doktor dengan masa pendidikan selama empat tahun.
Dalam memberikan les privat, mata pelajaran yang diajarkan Laila
kepada muridnya pun variatif. Berkat wawasan akademiknya yang luas,
perempuan yang juga mengambil Magister di ITS ini sanggup mengajar
matematika, fisika, kimia, bahasa Inggris, dan pelajaran umum lainnya.
Tercatat sejak awal menginjak bangku kuliah di program sarjana, Laila
telah melakoni rutinitas ini demi tercukupinya kebutuhan sehari-hari
gadis ini.
Gadis kelahiran Pamekasan, 16 Agustus 1992 ini mengikuti prinsip yang
diajarkan dalam kitab Alquran. “Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa usaha dari kaum tersebut,”
tuturnya mengutip isi salah satu ayat di Alquran. Selain itu, orang tua
dan guru sekolah Laila juga rutin memberikan pesan bahwa pendidikan dan
pekerjaan yang dijalaninya harus jauh lebih tinggi dibanding yang
didapatkan kedua orang tuanya.
Buah kerja keras yang dilakoni Laila tidak dapat dipandang sebelah
mata. Tercatat, melalui topik disertasinya, ia berhasil menyelesaikan
program doktoral dengan IPK 4.0. Sebuah prestasi tersendiri bagi
mahasiswi yang rutin meneliti ini. Di samping itu, agar seluruh
aktivitasnya yang padat dapat terlakoni semua, ia harus tahan tidur
hanya empat jam dalam sehari.
Laila mengaku bahwa dirinya sangat ingin untuk terus berkontribusi
bagi ITS selepas kelulusannya. Dirinya merasa berat meninggalkan ITS dan
dosen-dosen dan karyawannya yang telah membantu Laila mewujudkan
impian. Tidak sedikit pula dosen yang meminta kepada Laila agar tetap
bertahan melanjutkan penelitian atau mengajar di ITS.
“Aku sudah menemukan semacam chemistry (kecocokan, red) di ITS, jadi
meskipun banyak tawaran dari luar, saya tetap sangat ingin melanjutkan
pengabdian saya di kampus perjuangan ini,” ujar Laila penuh antusias
membicarakan peluangnya untuk bekerja di ITS.
Sumber : ITS
Post a Comment